NTT - Calon Gubernur dan Wakil Gubernur
NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef A Nae Soi (Victory-Joss) melakukan dua
kegiatan sekaligus pada Minggu (28/1). Pertama berziarah ke Taman Makam
Pahlawan (TMP) Lalongtana di Karot, Ruteng dan bertemu masyarakat Ngada di
Mataloko, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Di Manggarai, Viktor dan Josef
menabur bunga pada makam mantan Gubernur NTT, Ben Mboi dan dan mantan Bupati
Manggarai Gaspar Parang Ehok serta Frans Sales Lega di TMP tersebut. Saat ke
TMP, Viktor dan Josef berpakaian adat Manggarai. Keduanya singgah di Ruteng
untuk bertemu masyarakat setelah melakukan Deklarasi Paket Victory-Joss di Labuan
Bajo. Saat ke TMP, Victory-Joss didampingi pengurus DPD I Golkar NTT Thomas
Tiwa Owa, anggota DPRD Kabupaten Manggarai Flafianus Soe dan sejumlah pengurus
Partai NasDem Kabupaten Manggarai.
Usai tabur bunga, Viktor kepada
awak media mengatakan, Ben Mboi adalah tokoh panutan yang sangat dihormati oleh
masyarakat tidak hanya karena almarhum adalah mantan Gubernur NTT, tapi
disegani lantaran kinerjanya yang selalu dikenang oleh rakyat. “Pak Ben Mboi
adalah tokoh yang sangat saya hormati. Banyak hal yang saya belajar dari
beliau. Sebagai pemimpin, dia telah memberi contoh yang baik bagaimana membangun
daerah tanpa sekat apapun. Semua beliau lakukan semata-mata demi rakyat dan
itulah kenapa saya datang untuk memberi penghormatan kepada almarhum,” jelas
Viktor. Sementara Gaspar Parang Ehok, ungkap Viktor, semasa hidupnya selalu
mendorong Viktor untuk maju menjadi Gubernur NTT. “Pak Gaspar itu adalah orang
yang selalu mendorong saya untuk maju menjadi gubernur dan saat ini harapan
almarhum baru bisa dilaksanakan sehingga ketika melewati daerah ini saya
mengingat almarhum sehingga saya datang untuk tabur bunga,” pungkasnya.
Sebelum ke TMP, Victory-Joss
melaksanakan ritual ‘Teing Hang’, ritual adat Manggarai serta bertemu relawan
Victory-Joss serta partai koalisi Victory-Joss Ruteng di Rumah Mensi Boi. Viktor
dan Josef berpakaian mosalaki bertemu masyarakat Ngada di Mataloko, Kecamatan
Golewa, Kabupaten Ngada. Dalam pertemuan tersebut Viktor kembali menegaskan
tentang potensi pariwisata NTT yang luar biasa, namun masyarakat belum
menikmati dampak dari sektor pariwisata tersebut. Dia memberi contoh, kebutuhan
pangan untuk hotel dan restoran di Labuan Bajo justru didatangkan dari luar
bukan hasil dari petani-petani di Manggarai Barat. Hal ini terjadi karena
pemerintah tidak memeiliki grand design yang jelas dalam mengembangkan industri
pariwisata agar mampu mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Viktor
juga mengatakan, NTT memiliki banyak potensi yang perlu dikelola secara
maksimal. Salah satunya adalah garam di mana sejauh ini Indonesia harus
mengimpornya dari Autralia, China dan India. “Saat ini Indonesia membutuhkan
3,8 juta metrik ton garam per tahun. Jumlah itu harus diimpor dari Autralia,
China dan India. Kita memiliki mimpi bahwa kita bisa menjadikan NTT daerah
produksi garam dan mampu menjawab kebutuhan nasional paling tidak 1,5 juta
metrik ton per tahun. Jika itu bisa kita lakukan, maka NTT akan memiliki nilai
dan posisi tawar yang tinggi secara nasional.
Josef Nae Soi mengatakan,
kontestasi Pilgub NTT tahun 2018 adalah ajang untuk memilih calon pemimpin bagi
seluruh rakyat yang ada di NTT. Pemimpin NTT harus memikirkan semua rakyat
tanpa memandang suku, agama maupun ras. Untuk itu maka masyarakat harus cerdas
dan tidak terjebak dalam politik identitas. “Kita akan memilih Gubernur. Kita
bukan pilih suku. Orang Ngada harus pilih Orang Ngada, itu salah. Orang Timor,
harus pilih orang Timor, itu salah. Kalau orang Ngada hanya dipilih oleh orang
Ngada saja, maka pasti kalah. Demikian juga kalau orang Timor hanya dipilih
orang Timor, pasti kalah karena jumlah suara tidak cukup untuk menang. Kita
membutuhkan suara dari Sumba, Alor, Rote dan Sabu untuk bisa menang,” jelas Nae
Soi.
No comments:
Post a Comment